Siapa sangka sebuah klub dari kota kecil bernama Sassuolo—yang lebih dulu dikenal sebagai pusat industri ubin—kini mencuri perhatian jagat sepak bola Italia? Bahkan, kini perhatian publik Indonesia pun ikut tertuju ke sana, sejak Jay Idzes, kapten Timnas Indonesia, resmi berseragam hijau-hitam.
Klub yang memiliki nama lengkap Unione Sportiva Sassuolo Calcio ini berdiri sejak tahun 1920. Namun, dalam waktu yang sangat lama, Sassuolo hanyalah klub yang berkutat di liga-liga bawah, seperti Serie D dan Serie C2. Mereka adalah wajah-wajah yang kerap hilang timbul di peta kompetisi profesional.
Namun, angin perubahan mulai bertiup di awal 2000-an. Di balik layar, hadir sosok penting: Giorgio Squinzi, seorang pengusaha sukses di industri keramik, yang memiliki visi besar untuk klub mungil ini. Di tangan Squinzi, Sassuolo mulai bermimpi besar—bukan sekadar bertahan, tapi mendobrak batasan.
Langkah demi langkah mereka lalui. Pada 2006, Sassuolo berhasil menembus Serie C1, dan dua musim kemudian, untuk pertama kalinya dalam sejarah, mereka promosi ke Serie B. Tak berhenti di situ, klub ini justru menunjukkan daya saing luar biasa di kasta kedua Italia. Lima musim bersaing dengan klub-klub yang jauh lebih berpengalaman, akhirnya pada musim 2012-2013, Sassuolo menorehkan sejarah emas: promosi ke Serie A!
Apa yang membuat prestasi ini begitu istimewa? Sassuolo bukan berasal dari kota besar. Mereka tidak memiliki stadion megah, tidak pula punya fanbase sebesar klub-klub elite. Namun dengan kerja keras, manajemen cerdas, dan semangat kolektif, mereka menembus batas impian.
Musim demi musim di Serie A dijalani dengan kepala tegak. Di bawah asuhan pelatih Eusebio Di Francesco, Sassuolo bahkan mencapai puncak prestasi pada musim 2015-2016, dengan finis di peringkat ke-6 dan lolos ke kompetisi Eropa: Liga Europa. Sebuah pencapaian langka untuk klub ‘underdog’.
Lebih dari sekadar tim, Sassuolo menjelma menjadi simbol perlawanan klub kecil terhadap dominasi raksasa. Filosofi permainan mereka yang menyerang dan menghibur membuat banyak penikmat sepak bola jatuh hati. Mereka dikenal sebagai tempat lahirnya para bintang muda seperti Domenico Berardi, Matteo Politano, dan Manuel Locatelli.
Kini, babak baru Sassuolo dimulai. Jay Idzes datang sebagai simbol harapan baru, tak hanya bagi klub, tetapi juga untuk seluruh penggemar sepak bola Indonesia. Dari kota ubin ke panggung Serie A, kini Sassuolo menjadi tempat lahirnya sejarah baru yang lebih besar.
Dan siapa tahu? Di sana, Jay Idzes bukan cuma menjadi pemain—tapi legenda yang membuka jalan bagi generasi emas Garuda di Eropa.